Dokter Ganteng ini Bangun NTT Lewat Profesi dan Hobi

MedikaStar

Kisah yang tak biasa datang dari seorang dokter ganteng asal Kupang, dr. Christian Widodo. Dokter yang satu ini ternyata menggeluti banyak hal demi membangun daerah NTT. Selain berprofesi sebagai seorang dokter sekaligus owner Kupang Graha Medika, Ia juga berkiprah di dunia olahraga tinju, entrepreneurship, politik, dan beberapa bidang lainnya.

“Ada kepuasan tersendiri jika pasien mengucapkan terima kasih karena sudah sembuh. Itu merupakan sebuah kepuasan yang tidak bisa dibeli dan itulah salah satu alasan mengapa saya ingin menjadi seorang dokter,” ungkap dr. Christian Widodo, mengawali kisah perjalanan hidupnya.

Sebelum itu, lanjut dr. Christian, Ia memilih untuk menjadi dokter, pertama-tama lantaran karena sang kakak telah terlebih dahulu menjadi dokter.

“Berangkat dari situ saya memiliki gambaran mengenai profesi dokter dan dengan support orang tua, akhirnya saya memilih untuk menjadi dokter. Ternyata setelah kuliah, saya menemukan banyak pengalaman menarik. Selain itu, menjadi dokter membuat saya bisa melayani banyak orang dan membuat saya bisa berbuat sesuatu bagi daerah ini,” lanjutnya.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Kupang ini lanjut berceritera bahwa ada banyak pengalaman menarik yang Ia rasakan selama menjadi dokter. Namun, pengalaman yang paling berkesan ialah bahwa setiap hari dirinya bisa bertemu dan melayani pasien.

“Ketika pasien mengucapkan terima kasih karena sudah sembuh, di situ ada kegembiraan tersendiri,” ungkapnya.

dr. Christian saat melayani pasien dalam kegiatan bakti sosial bersama tim medis Klinik Kupang Graha Medika

Selain sebagai seorang dokter, dr. Christian juga terlibat aktif dalam dunia politik di provinsi ini. Saat ini, dirinya menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah NTT Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia juga merupakan Calon Anggota DPRD Provinsi NTT dari PSI, Daerah Pemilihan (Dapil) I, Kota Kupang.

Terkait hal ini, Ia mengatakan bahwa sebenarnya ada banyak hal yang perlu dilakukan demi tercapainya masyarakat yang sehat dan sejahtera, serta terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Politik merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh.

“Kita jangan lagi alergi terhadap politik, karen politik itu sejatinya baik. Jika selamanya kita berpikir bahwa politik itu kotor, maka selamanya juga dunia politik hanya akan diisi oleh orang-orang yang tidak baik yang mengutamakan kepentingan diri sendiri atau golongan; karena kita yang merasa diri “waras” atau baik memilih menjauh dari politik. Padahal masih banyak orang baik dalam dunia politik,” jelas dr. Christian.

Ia lanjut berkata, “Melalui politik atau Parpol kita bisa memiliki kekuasaan dan berada dalam sistem. Cotohnya ketika kita menjadi kepala daerah, kita bisa memiliki 3 sumber daya, yaitu sumber daya manusia, sumber daya regulasi, dan sumber daya anggaran. Apabila ketiga sumber daya itu digunakan untuk hal yang baik, untuk kemakmuran masyarakat, maka politisi adalah profesi yang mulia, tidak kalah degan seorang dokter.”

Baca Juga: Penyakit yang Bisa Timbul Akibat Sampah Tak Terurus

Klik  untuk terhubung dengan BrandED Home Private

Bidang Kesehatan jadi Perhatian Pertama

Ketika disinggung mengenai apa saja yang akan diperhatikan olehnya jika Ia dipercayakan sebagai wakil rakyat, dr. Christian menuturkan bidang kesehatan tentu menjadi aspek pertama yang diperhatikan.

Kuantitas ketersediaan obat, ketersediaan alkes, peningkatan jumlah tenaga dokter ahli, perhatian pada peningkatan tipe rumah sakit, emergency center, peningkatan status gizi, peningkatan jasa para tenaga kesehatan, dan beberapa hal lainnya akan menjadi hal yang Ia utamakan nanti.

“Terkadang kita mengalami kesulitan karena stok obat yang terbatas, bahkan habis. Alkes yang tersedia pun masih sangat kurang. Sehingga jika dipercayakan, saya akan memperhatikan hal ini,” jelasnya.

Selain itu, dirinya juga akan berupaya untuk meningkatkan jumlah dokter ahli di NTT dengan jalan berjuang memberikan beasiswa bagi dokter umum yang ingin melanjutkan pendidikan spesialis. Catatannya ialah bahwa setelah masa study, para dokter ini harus kembali dan mengabdi di NTT.

dr. Christian saat melayani pasien dalam kegiatan bakti sosial bersama tim medis Klinik Kupang Graha Medika

“Saya juga ingin membuat sebuah emergency center dimana seluruh data mengenai ketersediaan ruangan di setiap rumah sakit dikumpulkan di tempat tersebut. Ketika ada pasien gawat darurat, keluarga pasien dapat langsung menelpon ke emergency center untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan ruangan di rumah sakit bagi pasien tersebut. Selama ini pasien yang dalam keadaan gawat harus berpindah-pindah rumah sakit karena tidak mengetahui rumah sakit mana yang masih kosong,” jelasnya.

Untuk mengatasi gizi buruk, lanjut dr. Christian, salah satu langkah yang akan dilakukan ialah dengan memberikan edukasi kesehatan bagi pasangan yang akan menikah, agar calon orang tua paham betul mengenai pemenuhan gizi anak.

“Gizi buruk ini dampaknya sangat luas bagi bangsa dan negara. Ketika anak mengalami gizi buruk, otak anak tentunya tidak berkembang dengan baik dan akhirnya kualitas SDM kita rendah. Persoalan gizi ini tidak hanya diperhatikan ketika anak itu lahir, tetapi dari jauh hari, sejak orang tua masih remaja,” tuturnya.

“Masih banyak lagi program yang akan saya lakukan jika saya diberi kepercayaan,” tambah dr. Christian.

Baca Juga: Nikmatnya Meditasi…

Dokter, Pengusaha dan Penggemar Tinju

dr. Christian menjelaskan bahwa menjadi dokter merupakan sebuah panggilan hidup, pengabdian, dan sebuah tugas kemanusiaan, sehingga menjadi dokter bukanlah jalan utama untuk dapat bebas secara finansial.

“Menurut saya, untuk hidup berkecukupan dan bebas dari masalah finansial, kita harus berani menjadi pengusaha. Jujur bahwa menjadi dokter itu adalah sebuah pengabdian, sehingga tentunya kita tidak tega meminta ke pasien yang sakit untuk membayar dalam jumlah yang banyak,” katanya.

Lebih dari itu, dirinya mempertimbangkan bahwa penghasilan yang diperoleh dari profesinya sebagai dokter dapat dikategorikan sebagai active income, yang mana dirinya harus bekerja baru dapat memperoleh penghasilan. Sementara target yang harus dikejar ialah passive income, yang berarti bahwa tanpa bekerja pun orang dapat memperoleh penghasilan.

dr. Christian Widodo bersama atlet-atlet NTT di Popnas Semarang 2017

“Sebenarnya di HIPMI kita membantu mengembangkan pengusaha-pengusaha baru, terutama UKM yang baru merintis usahanya. Kita juga ingin membangun koneksi di antara para pengusaha muda sehingga kita bisa bersinergi dengan pemerintah,” terang dr. Christian.

Selain sebagai pengusaha, Ia juga sangat menyukai olahraga, khususnya tinju. Saat ini Ia dipercayakan sebagai Ketua PPKORI (Perhimpunan Pembina Kedokteran Olahraga Republik Indonesia) NTT. Tak sekedar hobi, hal ini malah dimanfaatkan secara baik olehnya untuk membangun NTT.

“Saya juga suka berolahraga. Saat ini saya memiliki satu sasana tinju, di mana saya membina banyak atlet tinju yang sering meraih juara di tingkat lokal dan nasional. Saya juga ikut menghantarkan mereka ke PON, POPNAS, dan ajang kejuaraan lainnya,” katanya.

dr. Christian Widodo saat bertugas di Asian Games 2018.

Menariknya, tempat tersebut juga digunakan oleh para atlet taekwondo, kempo, dan bela diri lainnya untuk berlatih. Tidak heran jika menjelang PON beberapa waktu lalu, tempat tersebut menjadi tranning camp center bagi semua olahraga bela diri. Dan itu diberikan secara gratis oleh dr. Christian.

“Semua yang ingin latihan tinju di sana, cukup menjadi member dengan biaya per bulan sebesar Rp 140.000, Biaya tersebut digunakan untuk perawatan berbagai peralatan yang ada,” jelasnya.

“Mungkin saya satu-satunya dokter yang menyukai tinju dan memiliki sasana tinju. Tapi itulah bentuk kecintaan saya pada hobi dan juga sumbangsi saya bagi pemerintah melalui perhatian saya terhadap anak-anak NTT yang luar biasa berpotensi di bidang tinju,” lanjutnya.

dr. Christian juga merupakan satu dari dua dokter yang mewakili Indonesia menjadi Dokter Tinju di ASIAN GAMES 2018, Event terbesar setelah Olimpiade yang mungkin 50 tahun ke depan baru diadakan lagi di Indonesia.

“Itu adalah prestasi tertinggi saya selama berkecimpung menjadi  dokter olahraga,” terangnya.

Sebagai penutup perbincangan, dr. Christian berpesan agar generasi muda NTT harus bersemangat dalam melaksanakan segala hal yang bermanfaat bagi diri dan sesamanya.

“Kita yang masih muda, setiap malam seharusnya kita bertanya; apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain. Selagi kita masih muda dan semangat kita masih tinggi, buatlah sebanyak-banyaknya hal bagi orang lain. Buat saya, selagi masih muda, kita harus berkarya,” terangnya. (*)

Baca Juga: Jadikan Teknologi Sebagai Wadah Untuk Memperkenalkan Budaya NTT