Nikmatnya Meditasi…

Ketika internet menyebar serupa angin, informasi mengalir deras bagaikan banjir. Melalui handphone yang terhubung ke jaringan internet, kita bebas berselancar ke mana saja. Dengan aneka tawaran informasi di tangan, waktu untuk jeda semakin berkurang. Otak kita selalu diperas mencerna berbagai informasi yang tersedia. Hal ini tak jarang membuat kita sulit berkonsentrasi sehingga menghambat kinerja, mendatangkan kecemasan, dan menimbulkan masalah kesehatan lain .

Di tengah seliweran informasi dan kesibukan, waktu jeda untuk bermeditasi terbukti mampu memberikan manfaat, baik bagi kesehatan mental maupun jasmani.

Menurut sebuah penelitian, meditasi dan olahraga konsisten mengurangi datangnya penyakit terkait saluran pernapasan. Respon relaksasi dari meditasi juga membantu menurunkan metabolisme dan tekanan darah, dan meningkatkan detak jantung, pernapasan serta gelombang otak.

Penelitian lain yang meneliti Biksu Budha menyatakan, meditasi menghasilkan perubahaan yang bertahan lama dalam aktivitas otak di area yang terlibat dengan perhatian, memori yang akan bekerja, belajar, dan persepsi sadar.

Adjie Santosputro seorang praktisi meditasi kepada Tirto mengatakan, dulu manusia bermasalah karena terlalu lambat bergerak, kurang cepat bertindak. Sekarang, manusia menjadi tidak waras karena terburu-buru. Karena itu ia menganjurkan manusia mengambil jedah dan menjauhi kebisingan sebisa mungkin setiap harinya.

Menurutnya, mengambil jeda dan sejenak hening membuat seseorang akan bisa berpikir lebih bijak. Setiap keputusan yang diambil dengan jeda akan dipilih secara sadar, sehingga apapun hasilnya bisa diterima dengan lebih lapang dada. Dengan mengambil jeda dan berdiam diri manusia akan kembali menyadari kesalahan-kesalahan yang ia buat.

“Memahami hidup secara lebih utuh, tidak terbatas dualism. Ini menjadi bekal buat memaafkan diri sendiri, mengikhlaskan, menenangkan pikiran, menjalin hubungan cinta yang lebih baik,” ujar Adjie.

Hal serupa dikatakan Dr Collen Long, penulis buku Happines in B.A.L.A.N.C.E; What We Know About Happines and Meditation Medication. Daripada menggunakan waktu libur untuk berselancar di media sosial, nonton drama, atau bermain game, ia menganjurkan kita memilih diam untuk tak melakukan apapun.

Seseorang yang menikmati dan mengapresiasi waktu akan bisa hidup lebih bahagia dan tenang karena dia tak perlu dituntut untuk bergegas. Hal ini bisa dilakukan dengan misalnya dengan meditasi, berdzikir, atau sekadar duduk di beranda menikmati waktu.

 

 

Meditasi awalnya adalah sebuah praktek religius yang dipraktekan orang dari berbagai agama dan aliran kepercayaan. Kegiatan yang identik dengan duduk bersila, mendiamkan diri dan memusatkan pikiran ke satu titik itu sudah ada ribuan tahun lalu.

Orang Jepang penganut Budhisme Zen aliran Soto memiliki konsep shikantaza atau tak melakukan apapun kecuali duduk. Saat dimana manusia merasakan hening dan menyatu dengan alam.

Orang China yang mempelajari taoisme mengenal konsep Wu Wei atau tak melakukan apapun sebagai sebuah tindakan. Ia tidak sama dengan diam tapi memilih untuk tak melakukan apapun secara sadar sebagai usaha menguatkan mental.

Dalam agama Hindu, meditasi (yoga) berarti kegiatan memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indranya dan tubuhnya secara keseluruhan. Diperkenalkan pertama kali oleh Maharsi Patanjali, yoga juga merupakan salah satu alternatif pengobatan melalui pernafasan.

Orang Islam mengenal ibadah sunah sholat tahajud, yaitu melaksanakan ibadah pada sepertiga malam terakhir. Ibadah ini tidak wajib tapi dalam banyak literatur disebutkan nilai ibadah ini sangat tinggi.

Dalam Gereja Katolik, meditasi jenis doa yang memakai pikiran, daya khayal, gerak perasaan dan kerinduan. Dengan itu manusia dapat mengenali kehendak Allah agar bisa menanggapinya dalam kehidupannya sehari-hari.

Saat ini, meditasi telah berkembang melampui batas-batas agama dan budaya. Karena meditasi ternyata memberi dampak pada peningakatan kualitas hidup seperti yang telah dijelaskan di atas.

Karena itu, laku meditasi dapat dikembangkan dengan teknik-teknik relaksasi lain seturut saran Herbert Benson, professor di Harvard Medical School.

“Latihan apa pun yang dapat membangkitkan respons relaksasi itu bermanfaat, baik itu yoga, latihan pernapasan, atau doa yang berulang-ulang. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa yang satu lebih baik daripada yang lain. Kuncinya adalah pengulangan, bisa berupa kata, suara, mantra, doa, pernapasan, atau gerakan biasa,” jelas Benson.

Setelah Anda membaca tulisan ini, berelaksasilah barang sejenak. Tutup mata Anda, tarik dan hembuskan nafas secara perlahan. Rasakanlah nikmatnya… (ens/Tirto)

Baca juga:Diagnosis Dini untuk Menekan Kanker pada Anak